Selasa, 08 Agustus 2017

Batu Tumpang; Saksi Bisu Galungan Prabu Rangga Gading


     Desa Galuga yang Terletak di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat memiliki satu Objek yang seharusnya diperhatikan dan dikekola oleh Pemda Kabupaten Bogor. Situs yang berada di atas gunung atau bukit Galuga ini bisa di nikmati setelah melewati akses jalan yang sedikit sulit di-karenakan kondisi jalan yang menanjak dengan konstruk tanah merah dan tidak adanya peyangga jalan ketika menanjak; masyarakat setempat menyebutnya dengan "Batu Tumpang". beralih ke sejarah situs batu tumpang; berdasarkan cerita juru kunci Bapak Sarwan (Alm.) batu tumpang gunung Galuga merupakan Petilasan (Rekam Jejak) Prabu Rangga Gading utusan dari Pajajaran selama melakukan ritual di gunung galuga untuk berlatih ilmu kanuragan dan tempat uji kesaktian atau galungan. 

     Batu tumpang sendiri merupakan sebuah batu berukuran besar yang bertumpu pada sebuah batu dengan ukuran lebih kecil dan sekaligus bersandar pada sebuah pohon. Bersumber dari cerita warga sekitar, suatu waktu pihak desa mencoba untuk memindahkan batu tersebut dengan menggunakan alat besar ke permukaan tanah karena di khawatirkan dapat membahayakan warga jika suatu waktu batu tersebut jatuh secara tiba-tiba. Pihak desa berhasil menjatuhkan batu tumpang tersebut ke bawah gunung galuga. Namun, masih bersumber dari masyarakat desa Galuga pada keesokan harinya warga kembali menemukan bahwa batu tumpang tersebut sudah kembali berada di tempat semula. sehingga masyarakat dan pihak desa memutuskan untuk membiarkan keberadaan batu tumpang diatas gunung galuga seperti awal mula. 

     Selain kisah dan mitos mengenai batu tumpang, keadaan di atas gunung galuga juga memiliki view (Pemandangan) yang bagus untuk berfoto ria bersama kawan dan sahabat. Selain view yang bagus untuk berfoto ria, keadaan menanjak ketika ingin mencapai lokasi batu tumpang sedikitnya dapat membuat kita merasakan sensasi hiking (Mendaki).

     Akses Jalan menuju Batu Tumpang bisa dilalui melalui kantor desa menuju perempatan Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS), atau bisa melalui jalan memutar kearah desa dukuh melauli jalan mendaki yang belum di aspal.

-------------------------------------
Tulisan ini dimuat oleh Kelompok 098 Nawasta Kuliah Kerja Nyata (KKN) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar